BEKASI, Catra.id – Sektor pertanian menjadi hal penting dalam meningkatkan perekonomian, khususnya di satu daerah. Menyadari hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) terus menjajaki pemanfaatan teknologi pertanian presisi (precision agriculture) dari perusahaan Lead Tech International (LTI).
Melanjuti pertemuan dengan PT Buana Selaras Investment dan pihak terkait mengenai sistem pertanian presisi di Kota Medan beberapa waktu lalu, Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah mengunjungi Lahan Puslitbang Diklat Agrinas di Cisaat, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (27/5/2021).
Lahan yang digagas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ini menerapkan sistem pertanian presisi. “Kunjungan ini untuk melihat langsung bagaimana sistem presisi ini diterapkan,” ujar Wagub Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck.
Ijeck didampingi Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Bahruddin Siregar melanjutkan, sistem presisi ini terbukti mampu meningkatan produktivitas pangan karena telah dilengkapi teknologi yang bisa dengan tepat memenuhi kebutuhan tanaman. Namun, biaya atau investasi awal dalam penerapan pertanian presisi ini cukup besar.
“Biaya investasi awal yang cukup besar tidak mungkin petani yang keluarkan, untuk itu kita akan terus menjajaki. Apakah nanti biaya dari pemerintah, atau ada pihak swasta yang mau berinvestasi, perlu dijajaki lagi. Tapi target kita secepatnya bisa diterapkan, karena awalnya saja yang butuh biaya cukup besar setelahnya lebih menekan biaya operasional,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Buwana Selaras Investment Widjajanto selaku pemegang lisensi sistem LTI, mengucapkan terimakasih atas kunjungan Wagub Sumut ke lahan pertanian percontohan pertanian presisi. “Lahan seluas lima hektare ini kerjasama antara kami (PT Buwana Selaras Investment) dengan Menhan. Tanaman yang sudah ditanam di sini ada padi, mangga, melon, manggis, coklat, singkong, tebu, kapas yang sudah dipanen,” ujarnya.
Teknologi pertanian presisi ini, lanjutnya, menggunakan sejumlah pipa khusus (dripping lines), dan diikuti dengan pemasangan sensor dan penyediaan ruang kontrol (control room). Penerapan teknologi ini memungkinkan untuk memonitor kebutuhan air hingga pupuk.**(H19/DISKOMINFO SUMUT)